Aku masuk, melihat Eni yang tengah bersiap-siap hendak berangkat ke Spa tempatnya bekerja. Kali ini dia berdandan layaknya ibu muda yang sedang berolahraga. Setelan training Adidas warna biru pastel, dengan topi pet berwarna biru tua, rambutnya dikuncir satu. Eni sedang mengenakan sepatu lari warna putih dengan kombinasi biru pada logo lengkung sepatu itu.
“Mas mau kerja di sini ya?” Eni bertanya sambil duduk di pangkuanku. “Aku kerja dulu ya, hari terakhir ini besok kan sudah off semua sampai hari Raya, hari ini pun gak ada tamu kok, cuma urusan administrasi dan ambil fee, ok! ok!” Tambahnya manja.
Walau aku tak pernah suka dia berangkat ke spa, aku mengiyakan. Eni mencium keningku lalu berangkat. Dan aku mulai menyalakan beberapa nomor lamaku, check pesan dan berkoordinasi terkait proyek yang sedang aku kerjakan. Tidak ada kesulitan berarti pekerjaan maupun obyekan dari Mida terdelivery ke orang-orang kepercayaanku yang masing-masing sudah ahli di bidangnya. Aku kirim kode via email kepada bossku, “Wijaya Kusuma Mekar di Tengah Gulita”.
Aku kembali mengechek pesan, ada WA dari istriku, si Mami. Dia menanyakan apakah aku akan makan sahur di rumah awal puasa ini, anak kami, Surya menanyakan terus katanya. Mami adalah istriku ke dua, kami tinggal di Kota Wisata, mami adalah teman satu kantor di perusahaan kontraktor di mana aku sempat bekerja walau tidak lama. Ketika kunikahi, dia adalah seorang janda satu anak berumur 8 tahun waktu itu, ayah Surya meninggal OD Narkoba. Sekarang Surya berumur 17 tahun.
Sementara istri pertamaku adalah seorang putri Kiai terpandang pengasuh Pondok Pesantren di sebuah kota di selatan Jawa Timur, aku memanggilnya Umi, sengaja agar tidak ada salah panggil antara Mami dan Umi, sama-sama mi.
Pekerjaanku saat ini yang menjadikan aku sering bepergian, menyamar, mematikan alat komunikasi telah membiasakan Umi dan Mami sehingga tidak pernah mencari tahu secara detail. filmbokepjepang.sex Mami sibuk juga dengan pekerjaannya sedangkan Umi sibuk mengasuh santriwati. Bahkan ketika pernah ada sepasang stocking panjang tertinggal di mobilku dan ditemukan oleh Mami, aku dengan gampang menjawab, “Itu untuk cover muka mi, ketika ada penyerbuan”. Mami percaya dan aku masih suka tertawa kalau mengingat peristiwa itu. Itulah keluargaku yang bisa dikatakan remuk redam terutama dari sudut pandangku. Aku jarang berada di antara mereka dan lebih banyak bersama wanita-wanita lain yang kadang baru aku jumpa.
Sambil termenung-menung aku duduk di kursi malas, terdengar ketukan pintu takut-takut. “Siapa?!” Tegurku, sambil tanganku merogoh Walther andalan di sling bag kulit coklatku.
“Citra oom, disuruh teh Eni antar makan siang” Citra menjawab sambil membuka pintu.
Citra masuk membawa tentengan nasi capjay masakan Bakmi Naga. Hanya 1 porsi tampaknya, aku berpikir mungkin Citra tidak rela uangnya dipakai makan di Rumah Makan yang harganya dua kali lipat menu biasanya. Bisa jadi juga dia tidak makan untuk membelikan aku makan, berapalah gaji waitress.
“Taruh di piring dong”, pintaku. Citra datang mendekat, di tangannya ada nasi Cap Jay hangat yang tampak segar. “Pakai sambel gak Om?”
“Kamu doyan pedes gak Citra?”
“Wah itu hobbyku pedes-pedes” dia tersenyum.
Aku minta Citra duduk di karpet, aku pun juga duduk, “kita makan sepiring berdua!”
“Ah Om aja, aku sudah makan!” Dia mengelak.
“Sudah jangan banyak alasan, sini piringnya!”
Aku makan sesuap cap jay yang sudah pedas setelah ditambah sambel sebungkua oleh Citra. Aku kemudian menyuapkan sesendok ke mulut mungil Citra, dia malu-malu tapi dikunyah juga. Beberapa suap aku mulai kepedesan, bibir dan mulutku panas, hidung dan mata berair. artikelbokep.com Citra tampak biasa-biasa saja. “Kamu gak panas bibirnya Citra?”
“Panas sih dikit oom”, Citra tersenyum manis sekali. Nasi tinggal beberapa suap lagi, aku letakkan piring dan mendekati Citra, “Coba aku rasakan bibirmu pedes apa gak?”
“Bener kan om nakal, tadi aku sudah takut-takut ke sini sendiri, tapi takun teh eni marah nanti kalau tidak datang”
Aku gak peduli, kutempelkan bibirku ke bibirnya, mulai kukulum bibir bawahnya, kusapu dengan bibir atas serta lidahnya yang teryata juga panas dan pedas.
Citra lambat meresponse, tapi layaknya mesin diesel lama kelamaan dia terbawa irama ciuman kami. Ciuman pedas dan panas, Citra mulai berani merengkih kepalaku, sementara kerigat kami berdua mulai menetes membasahi kening, leher dan dada.
“Udah ah oom, aku harus balik kerja, juga nanti kalau tau teh Eni gak enak nih…” Gumam Citra.
Aku yang juga ingin segera pulang ke Kowis dan juga sudah capek badan bercinta denga Eni mengiyakan. Aku ambil tisue, kuseka kening, hidung dan wajah Citra, lalu kuambil tisu baru untuk melap lehernya, sengaja aku masukkan ke balik bajunya merogoh dada sintalnya, “Jangan ah Om” keluhnya. Kukecup sekali lagi dan kulepaskan dia pergi.
Aku memesan taxi online, bergerak menuju Kowis setelah semua urusan berada pada jalurnya. Ada text dari Mida masuk, “Aman bro?” Aku jawab, “On Track!”.
“Hormat Grak!” Saut Mida.
Mida pun kemudian menelpon, dia bilang akan ke Madura dulu, dia minta aku update setiap perkembangan sehingga dia bisa update ke lady bossnya di Singapore. Aku tentu menyanggupi. Mida akan mencari keluarga bapaknya di Socah, Madura. Aku ucapkan kepadanya selamat mencari dan semoga ketemu.
Memasuki cluster tinggalku dengan Mami, satpam memeriksa kendaraan dan menanyakan ada keperluan apa, begitu kaca dibuka lebar, melihatku Satpam itu tertawa, “Wah pak boss, silahkan pak!” . Satpam-satpam di cluster ini memang seperti kawan bagiku aku sering nongkrong bersama mereka setiap pulang.
Sampai di rumah suasana sepi, aku melihat jam dinding melalui kaca jendela menunjukkan angka 4:15 sore hari, aku balik ke pos satpam di depan cluster, ngobrol dengan para satpam. “Tadi ibu pergi pak, dijemput temannya, pakai mobil Innova B sekian sekian … Kalau Mas Surya tadi keluar naik motor bersama Mbak Lis” Redi, satpam termuda menjelaskan. “Oh ok, ya sudah aku tunggu di sini, ada yang punya rokok?” Aku meresponse. Kami pun bercanda-canda hingga menjelang pukul 5:30 ketika Surya datang berboncengan sama Lis pembantuku.
Aku menyusul mereka berdua pulang ke rumah selang 5 menit setelah mereka kembali. Aku masuk, pintu tidak terkunci dan setengah terbuka. Dari ruang tengah terdengar suara-sara canda tawa antara Lis dan Surya, namun ada yang aneh dari bercandaan mereka, candaanya cenderung menjurus ke urusan selangkangan.
“Mbak Lis, ayo buka celananya, sudah gak sabar nih ingin coba” suara Surya terdengar
“Malu ah Mas Surya, serem pakai gituan, mendingan pakai titit ganteng mas Surya aja, udah pasti enak” jawab Lis malu-malu.
Aku sungguh penasaran apa yang mereka lakukan, mengendap aku mencari posisi melihat perbuatan mereka tanpa ketahuan.
Aku tiarap di dekat balik sudut tembok, terlindung guci tempat payung di sisi sebelahnya. Tampak Lis duduk di kursi makan, kakinya mengangkang sementara Surya berjongkok di depan selangkangan Lis, tangannya sibuk membuka sesuatu berwarna ungu. Sementara kantong plastik mini market tampak terserak di sampingnya. Aku amati seksama, ternyata Surya memegang Durex Play Vibration Ring yang baru dibukanya dari kemasan.
Ring itu dipasangnya di jari ibu jari tangan kanannya, ah bodoh sekali Surya, mestinya dipasang di tititnya kan.
Posisi vibratornya menghadap ke atas, disentuhkannya vibrator ke klitoris Lis, dan itu menimbulkan kejutan dan pekikan perlahan Lis.
“Enak gak mbak?”
“Geli mas Surya, tapi enak juga sih…hi hi hi”
“Bentar, ganti posisi ya” Surya memasang ring itu di jari tengah tangan kanannya, vibrator menghadap ke atas, searah telapak tangan. Dilumurinya tangan dan vibrator dengan lubricants, lalu dia masukkan jari tangan kanan itu ke memek Lis dengan telapak tangan menghadap ke atas. Lis terpekik-pekik dan Surya yang sudah delam posisi berdiri semakin semangat menekan dan mengkobel-kobel jari tengahnya di memek Lis.
Terbayang vibrator menggetarkan itil Lis dan ujung jari tengah Surya menyundul-nyundul G-Spot yang memicu sensasi gila. Lis menggelinjang di atas kursi makan, terpekik-pekik dan mendesah-ndesah mengalahkan suara perempuan jepang pada film JAV.
Tangan lis mencari titit Surya yang menonjol di balik celana pendeknya, merogoh dan kemudian mengocok dan meremas-remas. “Enak gak mbak?”
“Enak mas Suryaaa, enak bangeet… Hmmmmmm aaaaaah”
Lis mencapai orgasme, tangannya yang memegang titit Surya terdiam mencengkeram, pahanya merapat, sementara Surya menekan kuat tangannya di memek Lis.
“Udah ah mas.. Mas Surya mau dikeluarin gak?”
“Mau lah!
Surya menyodorkan kelaminnya ke mulut Lis, vibrator berpindah tangan, sekarang lis yang memegang vibrator durex tersebut. Sambil mengulum kelamin Surya, lis menggerak-gerakkan vibrator di pangkal batang dan kantong zakar Surya.
Surya bertolak pinggang sambil sedikit mengangkang ketika vibrator diselipkan lis di titik antara ujung kantong zakar dan anus. Badannya terlonjak-lonjak pelan sambil mulutnya melenguh-lenguh. Sementara Lis semakin cepat mengulum dan mengocok batang kelamin Surya. Tidak bertahan lama, tampak Surya mencapai Ejakulasi dengan menekan kepala Lis agar lebih dalam tititnya masuk ke mulut. “Aah aah aaah….enaaak banget!”
Sialan, batinku, aku jadi konak! Aku keluar rumah, menunggu sekitar 10 menit lalu mengetuk pintu…
“Assalamualaikum !”
Tidak ada yang menjawab salam, Surya muncul dari ruang tengah, mukanya masih merah padam, “Eh .. Ayah datang! Kok gak bilang-bilang” Surya menyambutku, mengangsurkan tangannya yang masih agak lengket dan mencium tanganku. “Sialaaaaan betul” batinku sebal.
Surya pamit mandi, Lis yang sudah berganti baju membawakan aku minum. Aku pandangi wajahnya, manis juga pembantu kami ini, usianya mungkin sekitar 27 tahun, berasal dari Trenggalek Jawa Timur, di dapat dari agen PRT sekitar 1 tahun yang lalu.
Aku menelpon Mami, “Di mana mi? Aku di rumah ini”
“Eh iya yah sebentar pulang, lagi belanja sebentar”
“Kamu pergi sama siapa?”
“Eh..tadi naik taxi yah”
“Oh ok! Ya sudah aku di rumah ya”
Aku penasaran, kenapa si Mami berbohong mengatakan naik Taxi, padahal tadi jelas-jelas satpam bilang dijemput Innova Hitam.
“Mas Surya, mami pergi ke mana tadi? Kata pak Redi dijemput Innova hitam? Siapa itu mas?”
“Eeem ke Ciputra Mall yah, tadi dijemput Om Banu, teman kantor Mami, katanya sekalian ada reuni”
“Oh ya sudah”
Aku penasaran, aku minta kawan check posisi hp Mami. Memang ada kawanku yang stand by di mesin Check Pos untuk mendukung kinerja kami dalam bisnis keamanan.
Dikirimnya koordinat posisi terakhir hp Mami, tampak terdiam di satu titik yang ketika aku masukkan ke aplikasi adalah parkiran ruko sentra eropa. Sudah lebih 3 menit di situ padahal sudah dekat rumah. Aku semakin penasaran.
“Mas Surya, pinjam motor!”
“Pakai aja yah!”
Kunci masih menempel di motor, aku menuju titik posisi Mami berada. Di pos satpam aku menukar motor Surya dengan motor Redi, juga aku meminjam helem dan jaket.
Menuju lokasi dan segera kutemukan mobil Innova hitam parkir dengan mesin menyala dan berkaca gelap pekat. Ah, Mami pasti berada dalam mobil itu.
Aku ambil smartphone, aku foto mobilnya lengkap dengan plat nomor terlihat. Aku mendekat, parkir motor di balik mobil box yang berada di samping innova hitam.
Aku buka kunci mobil Grand Max Box yang juga berkaca gelap 60% dengan mudah dengan tool yang aku bawa.
Masuk ke dalam, bergeser mendekat sisi mobil Innova hitam, kupasang filter CPL di depan lensa gadget, kubuka aplikasi Night vision, kupancarkan cahaya Infra red dari senter IR dan yang terlihat sungguh menyentakkan jantungku.
Mami tampak menduduki seseorang di jok kiri, badannya naik turun. Aku merekamnya dalam video IR beberapa saat, mengumpat dalam hati, “Anjing sialan”.
Antara marah dan konak bercampur saat itu, aku keluar dari mobil box, kembali ke motor dan mencari posisi untuk memantau lebih lanjut.
Lima menit kemudian, mami dan laki-laki yang disebut namanya Banu oleh Surya turun. Mami tampak berpamitan, melambaikan tangan dan berjalan menuju pangkalan taxi di depan parkiran. Banu masuk mobil Innova, lantas pergi keluar parkiran. Tidak memperdulikan Mami yang naik Taxi, aku menguntit Banu.
Banu memasuki sebuah Cluster bernama Alaska, gerbangnya dijaga security juga seperti cluster tempatku tinggal. Aku menunggu sesaat, kemudian mendekat ke security masuk ke Cluster Alaska. “Mau ke Pak Banu pak, mohon ijin” aku membuka helm. Ada seorang satpam yang mengenali motor Redi, “Wah motor Redi ya pak?”
“Iya, tadi aku pinjam mau antar kunci ketinggalan ke Pak Banu”
“Silahkan pak, langsung aja”
Aku masuk Cluster, mengikuti arah Innova hitam tadi, kudapati parkir di sebuah rumah, tampak Banu sedang menurunkan belanjaan, seorang perempuan cantik berjilbab mungkin istrinya sedang membantunya, lalau gadis manis usia kuliahan berleher jenjang tampak keluar sambil menggendong kucing persia.
Aku kembali ke rumah dengan membawa amarah terpendam terhadap Mami dan berbagai rencana yang mengikuti amarah itu.